Belajar Mencintai Tanah Air

Artikel Populer

Arini Saila Haq
Arini Saila Haq
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir

Kopiah.coSekitar empat tahun lalu, saya pernah mempelajari materi tsaqafah islamiyyah yang di dalamnya terdapat poin-poin penting mengenai Islam dan kenegaraan, selain tentunya membahas tentang historis kebudayaan bangsa Arab. Saya ingat betul, ketika itu kami diwajibkan menghafal salah satu syair yang maknanya begitu penting, yaitu cinta terhadap tanah air.

Menurut Wikipedia, Tanah Air adalah konsep tempat, di mana identitas budaya, kenegaraan, atau ras telah terbentuk. Tanah air juga bisa berarti negeri tempat kelahiran seseorang. Dari sini, kita dapat memaknai Tanah Air secara lebih luas. Ia tidak hanya sebatas wilayah atau tanah, tetapi meliputi bangsa, peradaban, sejarah dan lain sebagainya.

Allah SWT. menciptakan setiap mahluk-Nya sesuai dengan fitrah dan kodratnya masing-masing. Hal yang menarik dari penciptaan ini adalah bahwa semua makhluk diberi naluri untuk senantiasa condong kepada tempat hidupnya masing-masing. Rasa cinta terhadap Tanah Air dapat diwujudkan melalui cara berpikir, bertindak, dan berperilaku yang menunjukkan rasa kepedulian dan kesetiaan terhadap bangsa.

Menurut saya, pembelajaran komprehensif mengenai rasa cinta Tanah Air nyatanya memiliki urgensi tersendiri. Sebab, meskipun cinta Tanah Air dinilai sudah menjadi bagian dari naluri manusia, pada praktiknya ada sebagian kelompok radikalis yang menyebarkan konsep Tanah Air menurut pemahaman mereka secara aktif. Hal ini tentu berbahaya karena mengancam multikultural Negara Kesatuan Republik Indonesiea yang selama ini adem-ayem.

Kelompok radikalis memaknai Tanah Air sebagai bagian dari kemajemukan bumi yang mana syariat Islam harus dijalankan secara utuh dan tegas (bahkan otoliter) di dalamnya. Mereka menganggap bahwa ajaran Islam tidak ada kaitannya dengan konsep Tanah Air dan bernegara. Tanah air menjadi salah satu objek kebencian yang kemudian termanifestasikan melalui banyak cara, misalnya terorisme. Mereka menjadikan agama sebagai legitimasi atas keputusan kelompok dalam memerangi Tanah Air tempat mereka tinggal. Tanah Air juga dianggap sebagai produk jahiliyah, sebab di dalamnya terdapat fanatisme ras dan suku, sebagaimana keadaan masyarakat bangsa Arab sebelum Islam datang.

Di dalam buku al-Islam, al-Diin, al-Daulah karya Muhammad Bahauddin Salim, ia menegaskan bahwa Islam datang membawa syariat yang jelas dan juga nilai-nilai keadilan. Islam tidak datang semata-mata hanya membawa ajaran akidah dan mengatur bagaimana manusia berperilaku saja. Dalam hal ini, syariatlah yang kemudian mengatur kehidupan umat manusia secara keseluruhan. Termasuk mengatur bagaimana seharusnya berperilaku terhadap dirinya sendiri, menjalin hubungan dengan Tuhannya, berperilaku terhadap keluarga, masyarakat, bahkan relasi antar-negara.

Syariat Islam adalah syariat yang bersifat menyeluruh dan paripurna. Di dalamnya terdapat aturan-aturan serta hukum sebagai jalan manusia untuk meraih kehidupan yang bahagia di dunia dan mencapai kemuliaan di akhirat. Oleh karena itu, Islam sangat memperhatikan masalah yang berkaitan dengan konsep Tanah Air, misalnya pemerintahan dan bagaimana membentuk tatanan politik yang baik, sebagaimana Islam juga memberi perhatian penuh terhadap masalah akidah dan peribadatan.

Memisahkan ajaran Islam dengan Mencintai Tanah Air adalah hal yang mustahil dilakukan. Bagaimanapun keadaannya, ketika negara Islam dinilai sebagai negara yang baik dan merupakan wujud satu-satunya dari cerminan agama Islam, hal tersebut tidak dapat dibenarkan. Masyarakat kita harus senantiasa menanamkan pola pikir bahwa ketika sebuah negara masih berusaha mewujudkan nilai-nilai Islamis, maka negara tersebut patut untuk dicintai dan dibela sebagai Tanah Air yang perlu sama-sama dijaga.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila”, Nata Sutisna, Aktivis Muda...

Artikel Terkait