78 Tahun Indonesia Merdeka : Pancasila Kunci Kemajuan

Artikel Populer

Kopiah.Co — Merayakan hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus telah menjadi tradisi positif di tengah masyarakat Indonesia. Pasalnya, di momen inilah spirit perjuangan, persatuan, dan cinta Tanah Air yang diajarkan para pahlawan bangsa dapat terus dikenang dan diteladani.

Kemerdekaan Indonesia lahir atas persatuan dan perjuangan para pahlawan bangsa dari berbagai latar belakang agama ras, dan suku yang berbeda-beda. Namun, mereka saling bahu membahu dan gotong royong di bawah satu cita-cita yang sama yaitu ; kemerdekaan Indonesia.

Istimewanya, perjuangan para pahlawan bangsa itu tidak berhenti di memperjuangkan kemerdekaan, namun juga perjuangan dalam menggali gagasan yang selanjutnya menjadi dasar negara. Para pendiri bangsa mempersiapkan suatu nilai-nilai luhur yang menjadi landasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang saat ini senantiasa kita jadikan working idiology, yakni Pancasila.

“Sesudah tiga hari berturut-turut anggota-anggota Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai mengeluarkan pendapat-pendapatnya, maka sekarang saya mendapat kehormatan dari Paduka Tuan Ketua yang mulia untuk mengemukakan pendapat saya. Saya akan menetapi permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia. Apakah permintaan Paduka Tuan Ketua yang mulia? Paduka Tuan Ketua yang mulia minta kepada sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai untuk mengemukakan dasar Indonesia Merdeka. Dasar inilah nanti akan saya kemukakan di dalam pidato saya ini,” begitu kata Bung Karno mengawali pidatonya pada 1 Juni 1945.

Pancasila lahir dari kesadaran para pendiri bangsa, bahwa perjuangan kemerdekaan tidak hanya diperjuangkan oleh satu golongan saja, namun diperjuangkan oleh seluruh bangsa Indonesia. Sebab itu, dalam pidato 1 Juni 1945, dengan tegas Bung Karno mengatakan dasar pertama yang dijadikan dasar negara Indonesia, ialah dasar Kebangsaan. Dasar kebangsaan ini yang mempersatukan bangsa Indonesia dari Aceh hingga Papua di bawah Pancasila.

Bung Karno betul-betul meyakini, bahwa kemerdekaan adalah jembatan emas menuju kemajuan, kemakmuran, dan kesejahteraan. Sehingga Indonesia dapat keluar dari kungkungan kolonialisme, merdeka, dan dapat menentukan arah pembangunan negara tanpa intervensi dan gangguan dari pihak mana pun.

Spirit anti kolonialisme yang berkobar dalam diri Bung Karno dan para pendiri bangsa mampu mendobrak kekuatan penjajah, sehingga kemudian Indonesia dan bahkan negara-negara di kawasan Asia-Afrika lainnya mampu meraih kemerdekaan. Kita tahu betul bagaimana Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 yang digagas Bung Karno mampu menggemparkan dunia dan mengusir kolonialisme.

Sebagai bangsa Indonesia, seyogyanya kita bersyukur karena mempunya para pendiri bangsa yang memiliki spirit cinta Tanah Air yang tulus, berjuang untuk persatuan, dan berdiri paling depan membela kemanusiaan. Sebut saja, misalnya Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari, Kyai Ahmad Dahlan, dua tokoh agamawan yang pada saat itu sepakat menjadikan Indonesia sebagai negara demokrasi yang berasaskan pancasila sebagai nilai-nilai dasar, bukan negara agama.

78 tahun Indonesia merdeka jelas-jelaslah semakin menegaskan kepada kita tentang pentingnya menjaga konsistensi bangsa dalam merawat kebhinekaan. Sebagai negara yang menganut Pancasila, sesungguhnya kesetaraan, persatuan, dan persaudaraan menjadi suatu hal yang final dan terus kita bela dengan sungguh-sungguh.

78 Tahun Merdeka : Sebuah Refleksi

78 tahun berlalu pasca diproklamirkan kemerdekaan Indonesia, bukan tidak mungkin bahwa saat ini kita masih menghadapi berbagai tantangan, terutama persatuan. Bangsa Indonesia belum benar-benar menjiwai nilai-nilai Pancasila yang telah dirumuskan oleh para pendiri bangsa.

Sebagai generasi muda, sudah seharusnya kita menyadari betapa pentingnya menjaga kedaulatan negara dari berbagai paham yang dapat menimbulkan perpecahan antar ras, suku, dan umat beragama. Pancasila yang kita miliki sangat bertentangan dengan paham-paham yang anti kebhinnekaan dan senantiasa melakukan provokasi untum memecah belah kerukunan di tengah masyarakat.

Tantangan ini ditandai dengan sikap suatu kelompok yang senantiasa menyudutkan pemerintah, melempar tuduhan tanpa fakta, selalu berpikir pesimis tentang kemajuan bangsa, dan lebih berbahaya lagi, yakni melakukan politisasi agama untuk mendukung sentimen pribadi semata.

Semestinya, di usia yang ke 78 tahun ini, masalah persatuan di tengah masyarakat sudahlah selesai. Selanjutnya, yang lebih penting adalah bagaimana kita bersama-sama dengan pemerintah mewujudkan kesejahteraan yang merata, sesuai dengan cita-cita para pendiri bangsa sejak dahulu mendirikan negara Indonesia.

Melansir dari Badan Pusat Statistik yang diakses pada 27 Agustus 2023, dikatakan bahwa persentase penduduk miskin perkotaan pada maret 2023 sebesar 7,29 persen. Sementara itu, persentase penduduk miskin pedesaan pada maret 2023 sebesar 12,22 persen, menurun dibandingkan September 2022 yang sebesar 12,36 persen.

Meskipun demikian, Indonesia saat ini sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat, terutama di bidang ekonomi. Kita mampu menjadi bagian dari negara G-20 dan berhasil menunaikan jabatan sebagak ketua ASEAN 2023.

Kita melihat betul bagaimana pemerintah terus berupaya mewujudkan keadilan, membangun kualitas dan akses pendidikan, dan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya, guna menekan angka kemiskinan.  Dengan memanfaatkan bonus demografi, Indonesia diharapkan mampu terus menekan angka kemiskinan ekstrim hingg pada titik 0%.

Pancasila ; Kekuatan Indonesia Maju

Imam Abu Hasan Al-Asy’ari, tokoh akidah Asy’ariyyah yang diikuti oleh mayoritas umat muslim di Indonesia dalam kitabnya Al-Ibanah an Ushul al-Diyanah menjelaskan, bahwa menjaga ketentraman serta keamanan suatu negara dengan tidak melawan pemerintahan itu lebih baik dari memeranginya sehingga dapat menimbulkan kekacauan publik serta perpecahan bangsa.

Maknanya adalah, Pancasila yang kita miliki merupakan kekuatan yang patut disyukuri dalam rangka memperkokoh tali persatuan dan persaudaraan antar sesama anak bangsa. Segala tantangan yang dihadapi ke depan, harus kita pandang dengan sikap optimisme dan kekuatan gotong-royong, bahwa Indonesia dapat meraih masa emasnya di 2045 mendatang.

Kita dapat melihat, bagaimana negara-negara konflik seperti Sudan, Libya, dan Yaman, yang hingga saat ini masih terus terjadi perang saudara dan perpecahan antar suku yang terus menggerogoti kesatuan dan persatuan bangsanya. Hal tersebut menyebabkan tidak adanya stabilitas ekonomi serta keengganan para investor menanamkan modal. Sehingga, tak heran bila krisis persatuan itu membuat masyarakatnya menghadapi kemiskinan ekstrem, kelaparan, dan bahkan kematian.

Dengan pancasila sebagai kekuatan, Indonesia terus berupaya menjaga kerukunan antar sesama sebagai poin inti dari tegaknya nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga dengan kerukunan dan persatuan di antara sesama itulah, kemashlahatan bersama yang dicita-citakan dapat tercapai.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait