Bung Karno dan Literatur Islam

Artikel Populer

Kopiah.Co — Tadi malam, 1 September 2023, kami baru saja mendiskusikan buku “Di bawah Bendera Revolusi” jilid pertama, sebuah buku yang berisi tulisan-tulisan Sukarno, bersama teman-teman komunitas Kopiah.Co (Pusat Studi Islam dan Sukarno. Tema yang diangkat adalah mengenai surat-surat Bung Karno, terutama yang berjudul, “Surat-Surat Islam dari Ende”, ketika dirinya diasingkan di Ende, Nusa Tenggara Timur.

Semasa di Ende, Bung Karno senang bercerita melalui surat. Ia menceritakan keadaan dan berbagai aktivitasnya, yang Bung Karno lakukan selama pengasingan di Ende. Sosok yang ia surati, khususnya dalam berdiskusi tentang keislaman adalah T.A Hasan, sekitar tahun 1934-1935. Isi surat itu di antaranya seperti beberapa permintaan agar dikirimkan buku-buku keislaman oleh T.A Hasan. Hal ini menunjukkan bahwa Bung Karno begitu haus akan ilmu dan pengetahuan.

“Begitulah keadaan saya di Endeh; mau menambah pengetahuan, tetapi kurang petunjuk. Pulang balik kepada buku-buku yang ada sahaja”, curhat Bung Karno dalam tulisan suratnya. Dalam salah-satu suratnya Bung Karno menjelaskan, bahwa aktivitasnya selama di Ende adalah membaca buku, setelah memotong rumput di kebun, atau membaca di sela-sela setelah bercakap-cakap dengan istri dan anak, atau berdiskusi dengan masyarakat setempat. Tak jarang, buku-buku yang terkirim itu dilahap dalam waktu sangat cepat.

Selama ini, yang menjadi perhatian penulis adalah kenyataan Bung Karno sebagai seseorang yang kental dengan cap nasionalis saja di tengah masyarakat, namun ternyata ia benar-benar tekun mempelajari literatur Islam. Bahkan, diceritakan pengasingan Bung Karno di Ende inilah yang menjadi cikal bakal munculnya sila pertama pada pancasila, “Ketuhanan yang Maha Esa”.

Di antara buku-buku yang diminta oleh Bung Karno dalam surat-surat di Endeh adalah ; Pengajaran Shalat, Utusan Wahabi, Al-Muchtar, Al-Burhan, Al-Jawahir, dan Jawahirul Buchari. Bung Karno juga menceritakan keinginannya membaca Shahih Buchari atau Muslim atas kegelisahannya perihal hadits Nabawi. Namun sayangnya, kata Bung Karno, ia belum menemukan hadits Bukhari dan Muslim yang menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris.

Penulis melihat, sebagai pelajar yang sedang menekuni literatur agama, buku-buku di atas bukanlah buku ecek-ecek, melainkan buku yang dibaca oleh kalangan intelektual Islam. Selain buku, T.A Hasan juga mengirimkan beberapa brosur dan artikel-artikel kepada Bung Karno. Di samping permintaannya itu, Bung Karno pun menyatakan beberapa kritikannya terhadap keadaan muslim saat itu, sebagai muslim yang banyak membaca literatur Islam dan mengamati keberagamaan muslim di Indonesia.

Seperti misalnya, pengeramatan manusia yang mendekati kemusyrikan, terhadap “Sayyid”, kepercayaan terhadap azimat-azimat dan keramat-keramat. “Pengeramatan manusia itu, adalah salah satu sebab yang mematahkan jiwanya sesuatu agama dan umat, oleh karena pengeramatan manusia itu, melanggar tauhid. Kalau tauhid rapuh, datanglah kebencanaan!” Kata Bung Karno.

Kemudian kritiknya akan munculnya aristokrasi dalam Islam padahal embrionya pun tidak ada, kecenderungan muslim pada hadits-hadits dhaif yang lebih laku daripada ayat-ayat Al-Qur’an. “Islam menjadi mundur oleh karena banyak orang “jalankan” hadits yang dlaif dan palsu. Karena hadits- hadits yang demikian itulah, maka agama Islam menjadi diliputi oleh kabut-kabut kekolotan, ketakhayulan, bid’ah-bid’ah, anti-rasionalisme, dll…Karena itu, adalah saya punja keyakinan yang dalam, bahwa kita tak boleh mengasihkan harga yang mutlak kepada hadits. Walaupun menurut penyelidikan ia bernama SHAHIEH. Human reports (berita yang datang dari manusia) tak bisa absolut; absolut hanyalah kalam Ilahi”, tulis Bung Karno mengadu kepada T.A Hasan.

Lebih dari itu, kritikan lainnya adalah rantai taqlid yang membelenggu kreativitas muslim dalam berijtihad, serta kematian api Islam yang tiada roh dan nyawa yang disebabkan oleh kaum muslim yang mutlak berpedoman pada kitab-kitab Fiqih dan tidak kepada Kalam Illahi sendiri, ketertutupan muslim membaca litaratur Outsider, dan sebagainya. Semakin membaca surat-surat Bung Karno, semakin kita mengetahui tentang sosok Bung Karno yang cinta akan ilmu dan seorang muslim yang meyakini bahwa Islam adalah agama yang berorientasi pada kemajuan.

Setelah membaca dan mendengarkan diskusi terkait apa yang disampaikan Bung Karno dalam surat-suratnya di Ende kepada T. A Hasan, kita mesti berkesimpulan bahwa Bung Karno adalah sosok yang mengamati literatur Islam secara serius, di samping ia juga membaca pemikiran ideologi- ideologi global, sosial, politik, budaya, dan lainnya. Singkat kata, Bung Karno memiliki cakrawala ilmu pengetahuan luas.

Sebagai pelajar yang melabeli diri dengan pelajar agama, tentu ketekunan kita serta kehausan kita akan literatur agama, harus lebih dari pada Bung Karno. Rasa penasaran akan memecahkan permasalahan atau krisis yang ada dalam aspek agama, juga harus lebih di asah kepekaannya.

Tulisan ini bagian dari refleksi penulis terhadap sosok Bung Karno yang lebih dekat baru penulis ketahui melalui tulisan-tulisannya dalam buku Di Bawah Bendera Revolusi. Bahwa sosok Bung Karno adalah sosok yang membaca literatur-literatur Islam dan berdiskusi dengan tokoh-tokoh Islam. Dalam tulisan lain, Bung Karno adalah sosok yang juga berguru kepada para Kyai. Hal tersebut memberikan kita keyakinan bahwa Indonesia didirikan oleh para pendiri bangsa yang memiliki ketajaman logic, kebijaksanaan, dan atas dasar ilmu pengetahuan, untuk visi yang luas dan mendalam.

Lebih dari itu, kiranya, menjadi teladan bagi kita agar senantiasa haus akan bacaan, membangkitkan api semangat Islam yang belum pulih sampai saat ini. Terakhir, jelas-jelaslah Bung Karno memberikan prasyarat agar terisinya nyawa ataupun roh Islam yaitu dengan ilmu dan keterbukaan, serta kecintaan akan kerja-kerja produktif. Bukan terus-terusan mengglorifikasi kejayaan Islam masa lampau.

Penulis adalah Muhammad Irfan Maulana, Mahasiswa Universitas Zaitunah, Tunisia.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait