Kopiah.Co — Sifat pengasih merupakan karakter utama dari sifat Tuhan. Hal tersebut ditegaskan dalam Al-Qur’an surat Maryam ayat 85 ; “Wahai manusia, ingatlah pada hari ketika Kami bersama para malaikat mengumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Allah Yang Maha Pengasih dan membawa mereka ke tempat yang dijanjikan sebagai balasan atas ketaatan mereka”.Â
Berdasarkan ayat tersebut, kita memahami, bahwa semua manusia setelah wafatnya, akan kembali kepada kasih sayang Tuhan (al-Rahman). Perspektif di atas dijelaskan langsung oleh Abdul Jabar Rifai, cendekiawan asal Irak dalam kitabnya Al-Din Wa al-Karomah al-Insaniyyah (Agama dan Kemuliaan Manusia).
Sifat welas asih, ramah adalah semangat yang harus tumbuh dalam cara beragama kita. Beragama yang ramah maksudnya adalah menghadirkan sifat-sifat kasih sayang Allah dalam kehidupan kita. Artinya, pemahaman keagamaan serta keyakinan keimanan kita, harus melahirkan sifat kasih sayang.
Di antara contoh dari karakter kasih sayang Tuhan adalah maha pemberi dan menyayangi semua makhluknya, tanpa terkecuali. Perbedaan suku, bangsa, bahkan agama tidak boleh menghalangi kita untuk berbuat baik dan mengasihi sesama.
Sebab itu, segala sifat yang menampilkan karakter pemarah, perusak, dan tidak menyayangi semua ciptaan Tuhan sesungguhnya tidak mencerminkan sifat welas asih dari Tuhan yang kita sembah.
Fenomena saat ini, kita masih melihat di antara sesama saling mencaci-maki, memfitnah, bahkan melakukan diskriminasi karena sebuah perbedaan. Padahal, keberagaman adalah keniscayaan. Kebhinekaan adalah fitrah manusia sejak lahir di muka bumi ini.
Tak hanya pada sesama, sifat welas asih juga harus kita berikan pada tumbuhan dan binatang. Dalam buku al-Rifqu bi al-Hayawan ‘inda al-Ulama al-Zaytuna, para ulama Tunisia, Terutama Muhammad Thahir bin ‘Asyur menegaskan bahwa tujuan lahirnya syariat Tuhan juga untuk melindungi seluruh makhluk Tuhan, alam semesta, tanpa terhalang oleh batasan-batasan perbedaan.
Nabi Muhammad Saw. dalam haditsnya mengatakan, “Irhamu man fi al-Ardhi Yarhamkum man fi al-Sama”, maknanya “sayangilah semua yang ada di bumi, maka yang di langit akan menyayangimu”.
Sebagai penutup, saya ingin menyampaikan bahwa kualitas pemahaman kita terhadap agama harus melahirkan sikap welas asih, kepedulian, dan kepekaan pada alam semesta serta semua makhluk Tuhan di kolong bumi ini.