Latar Belakang Terbentuknya Semangat Persatuan.
117 Tahun yang lalu, Tanggal 20 Mei 1908 merupakan hari berdirinya Boedi Oetomo (BO) di Batavia atau Jakarta. BO didirikan oleh beberapa siswa STOVIA atau sekolah dokter untuk bumiputera, cikal-bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI). Sekelompok anak muda era kolonial yang menamakan diri mereka Boedi Oetomo itulah yang menjadi tonggak awal kesadaran nasional di kalangan pelajar dan terpelajar, dan menjadi bukti kalau perubahan memang bisa dimulai dari generasi muda. Dari Budi Utomo nyala nasionalisme dimulai, dampaknya Budi Utomo menjadi simbol kebangkitan nasional, dan awal dari kesadaran bahwa kita bisa bangkit dan Bersatu.
Setelah itu, lahirlah organisasi-organisasi pemuda seperti: Jong Sumatranen Bond, Jong Java, Jong Celebes, Jong Minahasa, Jong Islamieten Bond, Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI), dan organisasi-organisasi lainnya, yang menjadi pelopor diselenggarakannya Kongres Pemuda yang menghasilkan “Ikrar Pemuda” pada tahun 1928. Sejalan dengan fenomena tersebut, Mohammad Tabrani yang menjadi salah satu anggota organisasi pemuda menginisiasi pengadaan kongres dengan dukungan teman seperjuangannya. Hal ini, menandakan bahwa pada tahun 1926, kongres pemuda pertama telah dilaksanakan. Pada kongres tersebut, Tabrani gagal merumuskan idenya berupa bahasa kesatuan nasional adalah bahasa Indonesia. Demikian terjadi karena adanya dialektika permasalahan dan pertimbangan dengan tesis milik anggota kongres lainnya, seperti Muhammad Yamin yang menghendaki bahasa melayu sebagai bahasa nasional.
Isi Ikrar Pemuda.
Lalu, kongres berikutnya diadakan pada tanggal 27-28 Oktober 1928. Fajar kian menyingsing membawa pencerahan menuju lahirnya rumusan Sumpah Pemuda yang kita kenal sekarang. Namun, kala itu, pengistilahannya bukan “Sumpah Pemuda,” melainkan “Ikrar Pemuda.” Adapun bunyi Ikrar Pemuda, adalah sebagai berikut:
PERTAMA: KAMI PUTERA DAN PUTERI INDONESIA
MENGAKU BERTUMPAH DARAH YANG SATU
TANAH INDONESIA
KEDUA: KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENGAKU BERBANGSA YANG SATU,
BANGSA INDONESIA
KETIGA: KAMI PUTRA DAN PUTRI INDONESIA
MENJUNJUNG BAHASA PERSATUAN,
BAHASA INDONESIA
Kalimat Ikrar yang sekilas terlihat sederhana namun mempunyai makna yang luar biasa ini menjadi fondasi kuat yang mengikat seluruh komponen bangsa, menembus sekat etnis dan daerah. Ikrar Pemuda juga mempunyai makna yang sangat mendalam dalam setiap butirnya
Makna Teks Sumpah Pemuda
Ikrar pertama, “bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia”, menegaskan bahwa seluruh rakyat Indonesia memiliki tanah air yang sama sebagai rumah besar bersama. Semangat perjuangan tidak lagi berorientasi pada kepentingan daerah, melainkan pada cita-cita kemerdekaan bangsa secara menyeluruh.
Ikrar kedua, “berbangsa yang satu, bangsa Indonesia”, memperkuat nilai Bhinneka Tunggal Ika—berbeda-beda tetapi tetap satu. Para pemuda pada masa itu menyadari bahwa hanya melalui persatuan, bangsa Indonesia dapat melepaskan diri dari penjajahan dan berdiri sejajar dengan bangsa lain di dunia.
Ikrar ketiga, “menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia”, mencerminkan kesadaran akan pentingnya bahasa sebagai sarana pemersatu. Pemilihan bahasa Indonesia bukan karena dominasi satu kelompok daerah, melainkan karena sifatnya yang inklusif dan dapat diterima oleh seluruh lapisan masyarakat.
Sumpah Pemuda bukan sekadar rangkaian kalimat yang diucapkan dalam Kongres Pemuda II di Batavia (kini Jakarta), melainkan peristiwa monumental yang mengubah arah sejarah perjuangan kemerdekaan. Pra-kemerdekaan, aksi perjuangan melawan penjajah masih terpecah-pecah berdasarkan daerah dan suku, serta ketiadaan organisir dan mobilisasi gerakan yang satu. Berkat kongres tersebut, para pemuda dari berbagai latar belakang budaya, agama, dan etnis menyatukan tekad: Indonesia harus berdiri sebagai bangsa yang satu. Setelah itu, bagaimana kita sebagai pemuda di masa sekarang mengambil semangat Sumpah Pemuda?
Semangat Sumpah Pemuda yang Tak Pernah Padam
Menjelang tiga tahun lagi, konsensus yang lahir dari Kongres Pemuda II, mencapai usia 100 tahun. Tugas kita semua yaitu sadar dan mengimplementasikan api Sumpah Pemuda karena apinya senantiasa hidup dan menginspirasi. Memang, tantangan zaman telah berubah; dari perjuangan bedil melawan penjajah menjadi perjuangan menghadapi disinformasi, intoleransi, serta degradasi moral; nilai-nilai yang terkandung dalam Sumpah Pemuda tetap menjadi pedoman moral bagi bangsa Indonesia.
Jangan sampai, di tengah derasnya arus globalisasi, dan meningkatnya sikap individualistik, kita sebagai generasi Z di masa kini hanya berlindung di balik zona nyaman, jika dahulu para pejuang kemerdekaan berjuang dengan pena dan pidato-pidatonya; kini kita bisa berjuang melalui ide dan karya positif.
Dengan mengingat sumpah pemuda, kita bisa menemukan bahwa bangsa yang kuat tercipta karena persatuan. Maka, kita pemuda masa kini harus menjungjung tinggi persatuan demi membangun masa depan Indonesia yang indah gemilang. Bung Karno mengatakan “Ingat kita kepada pepatah orang tua, rukun agawe santosa, artinya jikalau kita Bersatu, jikalau kita rukun, kita akan menjadi kuat.”
Penulis: Fither Ahladzikri (Mahasiswa S1 Universitas az-Zaitunah)

