HUT Kemerdekaan RI. ke-80 Momen Refleksi Diri : Pancasila Membuktikan dapat Mempersatukan Bangsa Indonesia

Artikel Populer

Kopiah.co – Berangkat dari Negeri Afrika Utara, Tunisia. Kedutaan Besar Republik Indonesia untuk Tunisia menyongsong Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia dengan menyelenggarakan beragam perlombaan dalam rangka menyemai kebersamaan. Di kantor KBRI Tunis, Minggu (10/8/2025) dan lapangan futsal Pyramid Stadium, Tunis, Selasa (12/8/2025).

Kegiatan ini dihadiri oleh diaspora Indonesia di Tunisia, khususnya mahasiswa Indonesia yang tersebar di berbagai kampus yang berada di seluruh Tunisia.

Duta Besar Republik Indonesia untuk Tunisia Zuhairi Misrawi menyampaikan momen HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80 merupakan momen refleksi diri agar kita benar-benar mengisi anugerah dengan pengabdian dan pengorbanan terbaik kepada Bangsa Indonesia.

“Kita harus bersyukur bisa sampai pada fase 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia. 20 tahun lagi, kita akan memasuki zaman keemasan dengan tekad dan juang kita semua. Maka diperlukan persatuan dan kedaulatan kita sebagai negara bangsa untuk mewujudka kesejahteraan Bersama. Kemerdekaan merupakan jembatan emas menuju keadilan dan kesejahteraan,” kata Dubes Zuhairi dalam agenda perayaan HUT ke-80 RI di KBRI Tunis, Tunisia.

Jika meresapi momen HUT RI ke-80 ini, lazim bagi kita muncul perasaan terharu. Terharu karena ingat kepada perjuangan dan penderitaan para pahlawan kita yang telah  berratus-ratus tahun lalu, tetapi yang akhirnya dianugerahi oleh Tuhan Yang Maha Esa dengan melahirkan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, sebagai yang kita miliki hari ini.

Menurut mantan Menteri Penerangan, Sudibyo bahwa Pancasila tidak bisa dipisahkan dari Proklamasi dan dari Negara Republik Indonesia. Tetapi, menurut Bung Karno. Apabila melihat kepada perjuangan dan penderitaan para rakyat Indonesia yang berpuluh-puluh tahun sebelum kemerdekaan, maka Pancasila bukan saja tidak bisa dipisahkan dari Proklamasi dan dari Negara Republik Indonesia, melainkan tidak bisa dipisahkan juga dari perjuangan rakyat Indonesia yang telah berpuluh-puluh tahun.

Pada momen HUT RI Ke-80 ini, banyak hal yang bisa kita refleksikan. Dubes Zuhairi Misrawi juga menambahkan perlunya menggali makna kemerdekaan dari para pendiri bangsa, khususnya Bapak Proklamator Bung Karno agar kita bisa merasakan spirit kemerdekaan.

Mengingat Perjuangan Para Pahlawan Bangsa

Kita harus mengingat bahwa bangsa Indonesia berjuang dengan melalui beberapa pengalaman dan pengajaran-pengajaran. Banyak perjuangan bangsa Indonesia yang gagal. Tetapi akhirnya perjuangan bangsa Indonesia itu berhasil. Apa sebab gagal? Apa sebab berhasil? marilah kita menilik hal itu sejenak.

Besar kemungkinan gagal karena tidak bisa mempersatukan rakyat Indonesia dari Sabang sampai ke Merauke. Jika kita ingat, bagaimana hebatnya perjuangan Diponegoro (1825-1830) betapa hebatnya perjuangan Diponegoro itu, berapa penuhnya dengan heroisme dan kepahlawanan. Namun, belum dapat mencapai apa yang ingin dicapainya, yaitu negara merdeka. Kalau kita mengingat, bagaimana perjuangan Sultan Agung Hanyakrakusuma sultan Mataram ketiga, yang tidak kurang heroismenya, tidak kurang kepahlawanannya. Namun, masih gagal perjuangannya karena itu masih hanya dijalankan oleh sebagian dari rakyat Indonesia. Sebagaimana Dipenogoro pun hanya dijalankan oleh sebagian rakyat Indonesia. Kita juga bisa mengingat perjuangan Sultan Hassanudin yang gagal karena hanya dijalankan oleh sebagian rakyat Indonesia. Dan masih banyak perjuangan para Pahlawan Bangsa yang gugur karena hanya dijalankan oleh sebagian rakyat Indonesia saja. Tetapi tatkala bangssa Indonesia dapat mempersatukan kekuatan seluruh rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke, maka runtuhlah imperialisme dan dapat berkibarlah Sang Merah Putih di angkasa dengan cara yang amat megah.

Dahulu bangsa kita mempunyai tiga kali kesatuan yang meliputi seluruh nusantara Indonesia yakni Sriwijaya, Majapahit dan sekarang republik Indonesia. Sriwijaya tenggelam, Majapahit runtuh, tetapi hendaknya republik Indonesia berdiri kekal dan abadi. Dan hanya dapat tetap berdiri kekal dan abadi di atas falsafah Pancasila.

Pancasila Mempersatukan Bangsa Menuju Kemerdakaan

Perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai kemerdekaan, untuk menggugurkan imprealisme harus didasarkan atas persatuan. Persatuan inilah yang menjadi senjata kita, oleh karena perjuangan persatuan yang gigih inilah akhirnya kita dianugerahi oleh Allah SWT. Dengan negara proklamasi. Perjuangan bangsa kita adalah perjuangan yang didasari persatuan bangsa. Maka demikian pula, negara kita sekarang pada usianya yang ke-80 tahun hanya bisa berdiri tegak dan insyaAllah kekal abadi, apabila berdasarkan persatuan rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke. Kita sekarang ini, harus membentuk atau mengekakalkan persatuan itu. Agar persatuan ini dapat dijadikan sebagai dasar fondasi yang kuat, kekal, dan abadi untuk bangsa Indonesia.

Fondasi yang kuat kekal dan abadi, sebab hanya di atas fondasi ini negara bisa kekal dan abadi. Tentu sulit sekali mempersatukan rakyat Indonesia apabila tidak didasarkan atas Pancasila. Ada banyak macam agama di Indonesia, sangat banyak aliran pikiran, sangat banyak golongan, sangat banyak suku di Indonesia. Bagaimana mempersatukan aliran, suku-suku, agama-agama, dan lain sebagainya itu, apabila tidak diberikan satu dasar yang rakyat bisa bersama-sama bisa berpijak di atasnya. Dan itulah Pancasila.

Alexis de Tocqueville seorang pakar filsafat politik dan filsafat sejarah asal Prancis dia berkata : National unity can only be preserved upon a basic which is larger than the nation it self. Persatuan nasional hanya dapat dipelihara kekal dan abadi jikalau persatuan nasional itu didasarkan atas satu dasar yang lebih luas daripada bangsa. Kita hanya bisa mengkekal abadikan negara di atas satu dasar falsafah Pancasila sebagai arah pikiran, sebagai arah kepercayaan. Bukan kepercayaan agama, tetapi arah kepercayaan bangsa.

Pancasila sebagai ideologi dan pandagan hidup bangsa, merupakan mahakarya Bung Karno yang telah mengalami pengendapan selama beberapa dekade. Pancasila merupakan titik keseimbangan antara ilmu dan amal, antara nasionalisme dan inteernasionalisme, antara asas demokrasi dan musyawarah mufakat, serta antara pembangunan dan keadilan sosial.  

Dalam usia kemerdekaan republik Indonesia yang 80 tahun ini, bangsa ini sudah menjalani banyak hal. Kita pernah bertahan di tengah krisis sosial yang sangat hebat di tahun 60-an, kita pernah hidup di dalam bayang-bayang kekuasaan militer, kita pernah menghirup udara demokrasi dan supremasi kekuatan sipil. Dan kini, kita masuk ke chapter harus menentukan arah bangsa guna menyongsong keemasan seratus tahun Indonesia pada 2045.

Penulis: Fither Ahladzikri (Mahasiswa S1 Universitas Zaitunah, Tunis)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Pancasila dan Keberagaman: Amanat Bung Karno untuk Bangsa

Pancasila dan Keberagaman Amanat Bung Karno untuk Bangsa  Sejak awal kelahirannya, bangsa Indonesia telah ditakdirkan hidup dalam pelangi keberagaman....

Artikel Terkait