Dakwah Menggunakan Wayang

Artikel Populer

Dzulfikar Ubaidillah Rois
Dzulfikar Ubaidillah Rois
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir

Masuknya Islam ke Indonesia tak lepas dari peran penting walisongo. Para wali Allah tersebut menggunakan beragam strategi dalam menyiarkan agama Islam. Salah satu dakwah walisongo yang terkenal adalah dakwah bil hal. Dakwah yang membumi, dakwah yang luwes, dakwah tanpa menggunakan peperangan, dakwah dengan menggunakan pendekatan budaya dan seni.

Walisongo menggunakan sarana budaya dan seni sebagai alat dakwah karena hal itu sudah mengakar di masyarakat Jawa saat itu. Strategi dakwah Islam di Nusantara seperti ini bertujuan agar dakwah Islam mudah diterima, yaitu dengan menyisipkan pesan-pesan dari ajaran islam melalui berbagai seni dan budaya di Jawa. Salah satunya adalah dakwah dengan metode pertunjukan wayang yang dipelopori langsung oleh Sunan Kalijaga.

Awal mula munculnya dakwah menggunakan metode wayang sudah menjadi perdebatan antara Sunan Giri dan Sunan Kalijaga. Cerita bermula ketika Sunan Kalijaga ingin berdakwah melalui media wayang yang saat itu merupakan kesenian tradisional yang amat melekat di masyarakat Jawa.

Namun, wayang yang digunakan Sunan Kalijaga adalah wayang thengul yang berbentuk arca atau manusia. Sunan Giri pun tak memperbolehkannya lantaran wayang thegul memiliki bentuk yang menyerupai manusia. Menurut Sunan Giri, dalam ajaran Islam, orang yang membuat patung berbentuk manusia di akhirat nanti akan dihukum Allah, yakni diperintahkan untuk meniup ruh ke dalamnya.

Perdebatan antara Sunan Kalijaga dan Sunan Giri sempat membuat keduanya bersitegang. Kemudian datang Sunan Kudus sebagai tokoh yang lebih alim dan lebih tinggi tingkat ilmu keislamanya. Sunan Kudus datang untuk menengahi perdebatan antara Sunan Kalijaga dan Sunan Giri. Sunan Kudus memberikan ide dengan mengakali bentuk dari wayang thegul yang berbentuk seperti manusia. Sunan Kudus menyarankan agar wayang thegul dipipihkan bentuknya, hingga menjadi wayang kulit. Hal itu dilakukan guna menghindari kemiripan bentuk wayang thegul dengan manusia. Akhirnya, permasalahkan dakwah dengan media wayang telah menemukan jalannya.

Namun permasalahan ini muncul kembali. Berawal dari video lama Ustadz Khalid Basalamah yang kembali viral. Khalid Basalamah mendapatkan pertanyaan dari seorang jamaah yang dibacanya saat ceramah, “Saya orang jawa dan saya suka perwayangan. Apakah wayang dilarang dan bagaimana tobat profesi dalang?”.

Menganggapi pertanyaan tersebut, Khalid Basalamah mengatakan bahwa muslim dipandu oleh agama. “Maka caranya menjadikan islam sebagai tradisi dan budaya. Jangan dibalik, tradisi dan budaya yang diislamkan. Mengislamkan budaya itu repot karena budaya itu banyak sekali. Standar mana yang harus dipegang. Mengapa dilakukan sementara itu dilarang. Harusnya kita tinggalkan,” ujarnya.

Lantas bagaimana Islam menjawab persoalan tersebut? Sebab tidak sedikit para ulama pada zaman sekarang yang menggunakan wayang sebagai media dakwahnya. Sebelum masuk ke persoalan wayang, alangkah baiknya kita memahami makna dakwah terlebih dahulu.

Menurut KBBI, dakwah adalah penyiaran agama dan pengembanganya di kalangan masyarakat; seruan untu memeluk, mempelajari, dan mengamalkan ajaran agama.

Allah Swt berfirman :
ادع الى سبيل ربك بالحكمة والموعظة الحسنة, والموعظة الحسنة, وجادلهم بالتي هي احسن, ان ربك هو اعلم بمن ضل عن سبيله, وهو اعلام بالمهتدين.
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya tuhanmu, dialah yang lebih mengetahui siapa yang sesat dari jalanya dan dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapatkan petunjuk.” (An Nahl 16:125).

Hikmah ayat tersebut ialah bahwa ianjurkan bagi para pendakwah atau yang biasa di sebut dengan dai, ketika berdakwah, maka berdakwahlah dengan baik dan hikmah. Hikmah di sini mempunyai makna perkataan yang tegas dan benar, yang dapat membedakan antara yang hak dan yang batil.

Dari sini timbul lah pertanyaan apakah dakwah menggunakan wayang diperbolehkan?

Menurut beberapa ulama, dakwah menggunakan media wayang boleh-boleh saja, sah saja, asalkan di dalamnya disisipkan ajaran-ajaran islam dan tidak menjadikan kemusyrikan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila”, Nata Sutisna, Aktivis Muda...

Artikel Terkait