Menggali Khazanah Indonesia : Harmoni dalam Keberagaman

Artikel Populer

KOPIAH.CO — Toleransi antaragama menjadi fondasi utama dalam mewujudkan hidup berdampingan (co-existence) sosial di Indonesia. Dengan mayoritas penduduk beragama Islam, negara ini berhasil menciptakan ruang di mana masjid, gereja, kuil, dan wihara saling berdampingan.

Kyai Hasyim Asy’ari, Pendiri Nahdlatul Ulama mengatakan, “Keberagaman adalah karunia, bukan bencana. Mari kita jadikan perbedaan agama sebagai kebun yang indah, bukan medan pertempuran.”

Keberagaman adalah keniscayaan. Itulah pesan penting yang disampaikan Kyai Hasyim. Faktanya, lebih dari 300 suku dan 700 bahasa daerah yang menjadikan Indonesia sebagai laboratorium keberagaman etnis.

Namun, perbedaan suku bukanlah penghalang, melainkan elemen yang menghias kehidupan masyarakat. Dalam setiap festival dan upacara adat, tergambar semangat kebersamaan yang kokoh di tengah ragam budaya.

Penghargaan terhadap keanekaragaman budaya menjadi landasan kuat bagi tumbuhnya koeksistensi sosial. Sejalan dengan visi pejuang perempuan Indonesia, R.A. Kartini yang mengatakan, bahwa kita harus melibatkan semua elemen masyarakat, tanpa memandang jender atau latar belakang budaya, untuk menciptakan keadilan dan kesetaraan.

Meski begitu, dalam perjalanan panjang Indonesia menjaga persatuan dan kesatuan, negara kita tetap diuji oleh tantangan, terutama di era globalisasi dan modernisasi yang membawa perubahan cepat. Realitas ini sesungguhnya harus mendorong masyarakat agar tetap menjunjung tinggi nilai-nilai koeksistensi di tengah arus masyarakat global yang menghiasi hari-hari kita.

Bung Karno, Bapak Proklamator Indonesia menegaskan, “Bhinneka Tunggal Ika adalah dasar negara kita. Keberagaman adalah kekuatan kita, bukan kelemahan.” Pesan ini penting untuk selalu kita hidupkan dalam menjalani kehidupan berbangsa dan bernegara.

Menuju Indonesia emas 2045 ke depan, Indonesia harus terus mengawal Harmonisasi antara tradisi dan inovasi. Negara ini bukan hanya menjadi tempat bagi berbagai suku dan agama, melainkan mercusuar perdamaian dan harmoni dalam keberagaman.

Konsep koeksistensi sosial ala Indonesia mengajarkan kita tentang pentingnya merangkul keberagaman sebagai pilar kekuatan, bukan sebagai penghalang. Ini bukan hanya milik Indonesia; ini adalah pelajaran berharga untuk kita semua tentang bagaimana masyarakat dapat hidup bersama dengan damai di tengah perbedaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait