Jejak Diplomasi Bung Karno di Tunisia

Artikel Populer

Kopiah.Co — Pertemuan Dua Pejuang. Itulah judul yang ditulis oleh Majalah Al-Syabab Tunisia, Mei 1960 di halaman depan (cover) sekaligus dimuat foto Presiden Sukarno dan Habib Bourguiba berpelukan akrab, menandai persahabatan erat antara dua Bapak Bangsa dan permulaan dibukanya hubungan diplomatik Indonesia-Tunisia.

Dalam bahasa Arab, judul tersebut ditulis, ‘Mujahidani yaltaqiyani’, maknanya pertemuan dua pejuang. Majalah yang terbit pasca kunjungan Bung Karno ke Tunisia tersebut secara khusus menjelaskan tentang biografi Bung Karno, Indonesia, serta persahabatan erat antara Indonesia dan Tunisia yang dibangun oleh Bung Karno dan Habib Bourguiba.

Rasyid Driss, dalam bukunya ‘Min Jakarta Ila Qartaj’, yang bermakna, ’Dari Jakarta ke Carthage’ menjelaskan bahwa perjalanan hubungan persahabatan Indonesia-Tunisia telah dibangun sejak tahun 1951, ketika Presiden Habib Bourguiba berkunjung ke Jakarta dan bertemu dengan Bung Karno. Kemudian pada tahun 1952, Indonesia membangun kantor persiapan kemerdekaan Tunisia di Menteng, Jakarta Pusat.

Dukungan penuh Indonesia kepada Tunisia secara kokoh digagas dan diperjuangkan kan oleh Bung Karno. Hingga pada tahun 1955, melalui Konferensi Asia-Afrika, Bung Karno dengan lantang menyampaikan dukungannya kepada negara-negara yang masih terjajah di antaranya Tunisia, Aljazair, Maroko, Pakistan, dan Palestina.

Sebab itu, tidak mengherankan jika Majalah Al-Syabab, Tunisia edisi Mei 1960 itu mengatakan bahwa Bung Karno adalah pejuang, yang maknanya adalah sosok yang berjasa besar bagi kemerdekaan Tunisia. Dalam majalah tersebut juga ditampilkan gagap gempita warga Tunisia memenuhi jantung Ibu Kota Tunis menyambut Bapak Proklamator Tunisia.

Arsip majalah yang menuliskan perjalanan diplomasi Bung Karno di Tunisia itu saya temui di perpustakaan pribadi Pak Khaled, salah satu warga Tunisia, di jantung Ibu Kota Tunis. Kunjungan Bung Karno ke Tunisia pada tahun 1960 menjadi perbincangan publik di seantero Tunisia.

Pada salah satu halaman, ditulis ‘Tunis turahib bi al-rais Sukarno’. Tunis menyambut Presiden Sukarno. Pada halaman selanjutnya, saya pun membaca ada tulisan ‘Merdeka’ yang ditulis dengan bahasa Arab, menandakan keakraban kedua bangsa yang saling mengenal tradisi, budaya, dan peradaban satu sama lain.

Sebagai generasi muda yang saat ini menempuh pendidikan di Tunisi, saya bersyukur memiliki Bapak Bangsa yang nasionalismenya adalah kemanusiaan. Indonesia-Tunisia adalah negara yang berdiri kokoh mendukung kemerdekaan Palestina.

Maka, jelas-jelaslah bahwa para pendiri bangsa kita berada di jalan yang benar. Bung Karno mengatakan, “Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsanya hidup dalam damai dan persaudaraan”. Api perjuangan Bung Karno inilah yang mesti kita hidupkan dan teladani.

Prinsip persahabatan dan gotong-royong menjadi modal utama kita dalam membangun peradaban umat manusia yang damai dan berkeadilan. Sekali lagi, kita harus bersyukur memiliki Bung Karno. Rasa syukur itu harus kita ekspresikan dengan kesungguhan dalam mencintai ilmu dan mencintai sesama, kini, esok, dan seterusnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait