Israel-Palestina dalam Pusaran Pemilu 2024

Artikel Populer

Sejak penyerangan terhadap Israel yang dilakukan oleh HAMAS  7 Oktober lalu, isu konflik Israel-Palestina kembali memanas. Sebagian pengamat khawatir konflik ini akan memicu lahirnya Perang Dunia ke-3. Pasalnya, HAMAS belum pernah melakukan serangan sebesar kali ini hingga memakan tidak kurang dari 1000 korban jiwa warga Israel dalam satu serangan. Pun dari pihak lawan, Israel belum pernah semurka hari ini, yang hendak meratakan Gaza dengan tumpukan darah dan mayat.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sudah menyatakan perang kepada Hamas sesaat setelah serangan 7 Oktober. Ia mengatakan bahwa ini akan menjadi perang yang panjang dan rumit. Dalam jangka waktu seminggu, Netanyahu memanggil seluruh tentara cadangan yang ada di Eropa berjumlah 360 ribu. Israel benar-benar berniat mengerahkan seluruh kemampuan militernya. Hingga tanggal 23 Oktober, Israel terus menggempur Gaza dan sudah lebih dari enam ribu warga Palestina menjadi korban.

Pada perang kali ini, AS bersama koleganya dalam NATO berdiri kompak di belakang Israel. Presiden AS Joe Biden mendukung penuh serangan Israel ke Gaza sebagai upaya perlindungan diri. Di saat para tokoh dunia menyalahkan Israel karena ledakan mematikan sebuah rumah sakit di Palestina, Biden justru melempar kambing hitam kepada Hamas dengan mengatakan bahwa ledakan tersebut berasal dari roket kelompok teroris di Gaza.

Sikap berbeda ditampilkan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Dalam konstelasi politik global, Putin memang selalu tampil di garis terdepan melawan setiap sikap politik AS. Namun, pada isu kali ini, Putin bermain lebih cantik dengan tidak memberikan dukungan secara terang-terangan kepada Hamas di depan publik. Ia justru mendukung adanya rekonsiliasi damai antara Palestina dan Israel, serta menyalahkan AS karena telah menyuporteri Israel. Putin menilai AS telah gagal menangani konflik berkepanjangan ini dan bahkan kehadiran AS semakin memperburuk keadaan.

Konflik Israel-Palestina kali ini nampaknya akan berbeda jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Serangan besar-besaran Hamas yang dilanjutkan dengan pengusiran warga Palestina dari Jalur Gaza oleh Israel mampu menghadirkan eskalasi politik global yang begitu signifikan. Partai milisi asal Lebanon Hizbullah telah memberikan peringatan keras kepada Israel atas serangan yang dilancarkan ke Gaza. Bukan tidak mungkin partai loyalis Iran ini akan turut mengerahkan pasukan mengingat keduanya pernah berkonflik pada tahun 2006.

Konflik ini berkembang begitu pesat dan sudah tidak lagi dipandang sebagai isu politik semata. Mantan Mufti Mesir Ali Gomaa yang saat ini menjabat sebagai anggota parlemen memandang apa yang dilakukan Israel sebagai sebuah genosida. Ia menyatakan bahwa kejahatan Israel tidak berbeda dengan apa yang dilakukan Hitler pada rentang Perang Dunia Kedua. Sementara itu, Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dalam Cairo Summit 2023 mendorong para pemimpin Liga Arab untuk berkomitmen mendukung pemberian hak sipil warga Palestina di Jalur Gaza. Pernyataannya ini sejalan dengan sikap Mesir yang menolak pengungsi Palestina. Menurutnya, evakuasi warga Palestina dari Gaza adalah kejahatan perang sehingga solusi yang tepat adalah memberikan hak tinggal bagi warga Palestina di sepanjang Jalur Gaza.

Sementara itu, FBF (Frankfurt Book Fair) yang merupakan pameran buku terbesar di dunia tengah menghadapi banyak kritikan dari berbagai pihak. Pasalnya, FBF menunda pemberian penghargaan bagi novelis Palestina Adania Shibli. Dalam laman resminya, FBF justru akan menjadikan pameran buku tahun ini sebagai ajang unjuk gigi bagi Israel dan memberikan tempat seluas-luasnya kepada para penulis Israel. Akibat sikap politisnya tersebut, Malaysia menyalahkan penyelenggara karena tidak mampu bersikap bijak dan mengecam akan memboykot pameran tersebut. Di lain sisi, filsuf Slovenia Slavoj Zizek menuduh adanya skandal dalam penyelenggaraan pameran.

Melihat perkembangan isu Israel-Palestina yang kian memanas akhir-akhir ini, para pemimpin dunia hingga lembaga swasta memberikan pernyataan sikap yang tegas. Isu ini akan terus bergulir layaknya bola liar mengingat belum adanya mediasi dan upaya resolusi yang nyata dari berbagai pihak. Sebagaimana yang telah disebutkan di muka, bisa jadi konflik ini akan berujung pada adanya Perang Dunia Ketiga. Namun demikian, tidak bisa dimungkiri bahwa mayoritas masyarakat dunia masih mengharapkan adanya jalan tengah yang mampu mendamaikan kedua pihak yang bertikai.

Indonesia di Jalur Gaza

Sejak awal kemerdekaan, Indonesia secara konsisten memberikan dukungan kepada kemerdekaan rakyat Palestina. Sikap demikian lahir lantaran adanya kesatuan nasib sebagai bangsa yang pernah dijajah. Di samping itu, secara konstitusi Indonesia memang menentang setiap bentuk penjajahan di atas dunia.

Sikap politik Indonesia itu kemudian dilanjutkan dengan adanya hubungan baik secara politik dengan negara Palestina. Sampai saat ini, Indonesia menutup jalur diplomasi dengan Israel. Secara tegas Presiden RI pertama Soekarno menyatakan bahwa selama kemerdekaan bangsa Palestina belum dicapai, Indonesia akan berdiri tegak menantang penjajahan Israel. Selain itu, atas arahannya, Timnas sepak bola Indonesia membatalkan pertandingan melawan Timnas Israel pada gelaran kualifikasi Piala Dunia tahun 1957. Sikap yang sama juga ditunjukkannya kala Indonesia tampil sebagai tuan rumah Asian Games pada 1962. Ia enggan memberikan bisa kepada kontingen Israel yang seharusnya berlaga.

Konsistensi dukungan Indonesia kepada rakyat Palestina tetap tak tergoyahkan hingga sekarang. Hal ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam pertemuan negara-negara OKI pada September lalu. Ia bahkan tak segan-segan melayangkan kritik kepada organisasi tersebut karena minimnya peran mereka dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina. Sebelumnya, pada Januari, di depan forum PBB ia mengajak seluruh negara untuk mencari solusi Damai bagi Palestina.

Bentuk dukungan yang terus diupayakan oleh Indonesia hingga saat ini baik dalam bentuk moril maupun logistik sangat dihargai oleh rakyat Palestina. Secara geopolitik, sikap ini juga berhasil memperkuat posisi Indonesia di lingkaran negara-negara OKI. Maka, PR untuk pemerintah ke depannya adalah menjaga konsistensi keberpihakan negara kepada Palestina. Kemudian, yang tidak kalah penting adalah bagaimana Indonesia tidak boleh menghilangkan keberpihakannya tersebut dalam berbagai bentuk kegiatan.

Palestina dalam Konstelasi Pemilu

Per bulan Oktober, pasca diumumkannya Gibran Rakabuming Raka sebagai cawapres Prabowo, praktis sudah  ada 3 pasangan calon yang akan maju dalam pilpres 2024 nanti. Selain pasangan di atas, masih ada Ganjar-Mahfud dan Anies-Muhaimin. Pasca diumumkannya mereka sebagai paslon, belum ada yang secara resmi berkomentar terkait isu Palestina-Israel yang tengah memanas beberapa minggu belakangan.

Meskipun demikian, bukan tidak mungkin isu ini akan bergulir sepanjang gelaran pemilu 2024. Konsistensi para paslon akan dinantikan dan sudah barang tentu akan berimbas pada perolehan suara masing-masing paslon. Hal ini dapat dibuktikan bagaimana pada tahun 2014, Jokowi mendapat apresiasi dari masyarakat karena secara tegas memberikan dukungannya terhadap kemerdekaan Palestina.

Jika melihat pada nama-nama paslon yang sudah mencuat ke publik belakangan ini, memang ketiganya secara umum menyatakan sikap dukungannya kepada Palestina jauh sebelum deklarasi. Namun, sejauh ini bisa dikatakan bahwa Ganjar satu-satunya yang memberikan sikap konkret perlawanannya terhadap Israel. Hal itu dapat dilihat dari penolakannya pada gelaran Piala Dunia U-20 beberapa bulan lalu.

Penolakan Ganjar di atas berimbas pada turunnya elektabilitas dirinya. Namun di sisi lain, Ganjar pada kasus ini tampil berani menolak Piala Dunia U-20. Ia rela mengorbankan elektabilitasnya untuk menunjukkan konsistensinya pada konstitusi. Bukan tidak mungkin, dengan kembali mencuatnya isu Israel-Palestina, di sisi lain akan meningkatkan elektabilitasnya kembali.

Selang sebulan kemudian, tepatnya bulan November ini, ketika isi Israel-Palestina semakin memanas, Anies Baswedan menggelar demonstrasi di lapangan Monas. Ia berpidato di depan para demonstran menentang penjajahan Israel. Sambil mengenakan syal Palestina, ia berpidato mengenai pentingnya solidaritas bangsa Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina.

Sementara itu, Menhan Prabowo Subianto yang juga bacapres dari Koalisi Indonesia Maju mengundang kadet Palestina. Dalam pertemuan tersebut, ia mewakili rakyat Indonesia menyampaikan salam solidaritas kepada rakyat Palestina. Ia juga menyampaikan bahwa Indonesia memberikan bantuan beasiswa kepada beberapa rakyat Palestina yang melanjutkan studi di Indonesia.

Hingga saat ini, para paslon memang sudah bisa dipastikan loyalitas dukungan mereka terhadap rakyat Palestina. Namun demikian, satu hal yang perlu dipastikan adalah tidak semestinya ada upaya penunggangan isu Palestina-Israel untuk memperoleh keuntungan elektoral. Pemimpin Indonesia ke depan harus solid dan konsisten mendukung Palestina di tengah memanas atau tidaknya isu ini. Rakyat sebagai pemilih juga seyogyanya jeli untuk bisa menilai dukungan para pemimpin yang tulus mendukung Palestina tanpa kepentingan adanya kepentingan suara. Sebab jika tidak, narasi kemerdekaan Palestina akan menjadi kontra produktif karena mencederai nama kemanusiaan demi kepentingan pemilu.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait