Kopiah.Co — Esensi dari perayaan Maulid Nabi adalah mengenang kelahiran Rasulullah Saw. sebagai pembawa risalah Islam dan teladan bagi seluruh umat manusia. Perayaan ini memiliki makna yang sangat mendalam bagi umat Islam di seluruh dunia, karena menjadi momentum untuk meneladani ajaran Rasulullah Saw. sebagai pedoman hidup.
Selain itu, salah satu hal yang menarik untuk kita ambil dalam perayaan Maulid Nabi ini juga adalah tentang pentingnya nilai-nilai sosial dan spiritual. Karena melalui perayaan maulid, kita dapat memperkuat tali silaturahmi dan merajut tenun kebersamaan antar umat, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, maupun lintas golongan.
Bung Karno sebagai Bapak Bangsa adalah figur pemimpin yang pertama kali melakukan tradisi perayaan maulid Nabi di Istana Negara. Dalam berbagai tulisan dan pidatonya, Bung Karno sering menyebut bahwa Nabi Muhammad adalah sosok yang ia cintai dan menjadi inspirasi dalam melakukan sebuah revolusi.
“Kita sekarang merayakan maulid Nabi. Apa sebenarnya yang kita rayakan? Bukan sekadar Muhammad Rasulullah Saw.-nya. Bukan sekadar dia itu dulu Nabi. Tidak! Yang kita rayakan sebenarnya ialah ajaran, konsepsi, agama yang ia berikan kepada umat. Diberi oleh Tuhan, via malaikat Jibril, kepada Rasul. Rasul meneruskan lagi kepada umat yaitu kita. Itu yang kita rayakan!”, kata Bung Karno dengan retorika khasnya dalam salah satu pidato dia di acara peringatan Maulid Nabi.
Selain itu, lanjut Bung Karno, “oleh karena itu maka kita berkata, jikalau benar-benar engkau cinta Muhammad Saw., jikalau benar-benar engkau merayakan Maulid Muhammad Saw., jikalau benar-benar engkau merayakan Rasulullah Saw., yang punya hari maulid, kerjakanlah apa yang dia perintahkan! Kerjakanlah apa agama yang dia bawa! Kerjakan sama sekali! Agar supaya benar-benar kita bisa berkata, kita telah menerima daripada agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.”, tegas Bung Karno.
Petikan dari pidato Bung Karno di atas menjadi pijakan bagi kita bahwa yang diwariskan Nabi adalah prinsip, nilai, dan moralitas. Sebab itu, peringatan maulid Nabi ini seyogianya bisa dapat dijadikan sebagai momentum untuk semakin mempererat tali silaturahmi dan persaudaraan.
Di tengah carut-marut dan tantangan kehidupan modern, fenomena maulid Nabi dapat menjadi perekat sekaligus penghangat, karena setiap umat manusia bisa berkumpul, berdoa, dan saling mengajak dalam kebaikan. Dalam konteks Indonesia, peringatan maulid Nabi menjadi momentum untuk mengimplementasikan sila ketiga yaitu persatuan Indonesia.
Dalam situasi itulah, bangsa Indonesia membutuhkan narasi persatuan, sebagai bekal dan kekuatan untuk menyelenggarakan apa yang dicita-citakan oleh pancasila. Oleh karena itu, sebagai penutup, kita semua harus optimis, bahwa momentum maulid Nabi jelaslah dapat menjadi rajut tenun persaudaraan sesama anak bangsa yang berdasarkan pada Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi satu tujuan, untuk Indonesia raya.
Semangat maulid adalah semangat menjadikan Indonesia semua untuk semua. Pesan luhur ini yang harus senantiasa kita nyalakan. Shalallahu ‘ala Muhammad.