Menolak Timnas Israel, Membela Kemanusiaan

Artikel Populer

Ahmad Hashif Ulwan
Ahmad Hashif Ulwan
Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah

Kopiah.co – Pembatalan FIFA atas pagelaran Piala Dunia U-20 2023 di Indonesia ini jelas sangat disayangkan berbagai pihak, khususnya para penggemar sepakbola di Tanah Air. Tim nasional sepakbola Indonesia yang mendapat kuota khusus sebagai peserta Piala Dunia U-20 sebagai tuan rumah pun harus diurungkan.

Ketika Indonesia ditetapkan memenangkan bidding tuan rumah Piala Dunia U-20 pada 24 November 2019, peserta kejuaraan belum ditentukan. Kepastian negara peserta yang akan tampil, baru diumumkan setelah kejuaraan di tiap konfederasi selesai.

Keikutsertaan Israel dalam kejuaraan tersebut baru diketahui setelah UEFA European U-19 yang rampung pada 1 Juli 2022. Dalam kejuaraan tersebut, Inggris keluar sebagai juara, dengan Israel sebagai runner-up, maka resmilah Israel menjadi perwakilan UEFA untuk Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Penolakan berbagai pihak yang santer diungkapkan terkait keikutsertaan Israel yang akan bertandang di Indonesia dalam perhelatan ini merupakan langkah tepat dan konsisten bangsa Indonesia yang telah menisbatkan bahwa kemerdekaan Indonesia adalah menjadi jembatan emas bagi perdamaian dunia.

Sejarah pendudukan Palestina oleh Israel bermula saat setelah Deklarasi Balfour pada 2 November 1917. Lalu, gerakan Zionisme mulai mendorong migrasi kaum Yahudi ke Palestina. Sesuai keputusan Konferensi Zionisme Internasional ke-1 di Bezel pada 1897 untuk gerakan migrasi dan penguasaan tanah Palestina.

Pada tahun 1918, Palestina jatuh, Jenderal Allenby merebut Palestina dari Khilafah Turki Utsmani yang kalah dari Perang Dunia I. Setahun kemudian, secara resmi mandat atas Palestina diberikan kepada Inggris oleh PBB.

Gelombang kedatangan warga Yahudi terus menerus bertambah ke wilayah Palestina antara tahun 1920-1940 an. Sementara itu, kekerasan bangsa Yahudi terhadap Arab juga meningkat hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membagi wilayah Palestina menjadi dua, untuk bangsa Yahudi dan Arab Palestina pada 1947, tepat hari berakhirnya mandat dan penarikan pasukan Inggris dari Palestina dideklarasikan pendirian Negara Israel pada 14 Mei 1948.

Penjajahan itulah yang sejatinya ditolak mati-matian oleh founding fathers Indonesia, penolakan terhadap penjajahan justru menjadi pembuka undang undang dasar 1945 “Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan diatas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.”

Atas dasar penjajahan, Indonesia tidak mengakui Israel yang diproklamasikan David Ben-Gurion pada 14 Mei 1948. Bahkan, Sukarno dan Hatta yang saat itu menjabat sebagai Presiden-Wakil Presiden RI merespons dengan dingin ucapan selamat dan pengakuan kemerdekaan dari pihak Israel. Sukarno menyuarakan dengan keras dan tegas penolakannya terhadap imperialisme Israel termasuk di forum-forum internasional.

Pertama, pada konferensi Asia Afrika alias KAA pada tahun 1955 yang diprakarsai oleh presiden Soekarno. Penyelenggaraan pertamanya dilaksanakan di Indonesia dengan mengundang berbagai negara di Asia dan Afrika. Beberapa negara seperti Burma (Myanmar), India, dan Srilanka berpendapat agar Israel juga diikutsertakan. Soekarno dengan tegas menolak saran itu, karena Sukarno melihat Israel sebagai negara yang menjajah bangsa Palestina.

Kedua, pada tahun 1957, tim nasional Indonesia sebenarnya sudah lolos pertandingan tingkat Asia dan hanya perlu bertanding lawan Israel untuk bisa lolos ke Piala Dunia 1958 di Swedia, namun tim nasional Indonesia tidak berangkat dan melepaskan kesempatan untuk lolos ke Piala Dunia demi mendukung Palestina dan menentang penjajahan Israel, pertandingan melawan Israel merupakan sikap pengakuan terhadap kedaulatan Israel. Bagi Bung Karno, Palestina lebih penting daripada Indonesia lolos ke Piala Dunia.

Ketiga, pada saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games IV tahun 1962 Pemerintah Indonesia tidak memberikan visa kepada kontingen Israel, termasuk juga Taiwan. Atas kebijakan itu, International Olympic Committee (IOC) atau Komite Olimpiade Internasional menskors keanggotaan Indonesia dengan batas waktu yang tak ditentukan. Tidak sampai disitu, Sukarno justru melawan dengan membentuk The Games of the New Emerging Forces (GANEFO) atau pesta olahraga negara-negara berkembang.

Sikap pro-palestina yang ditunjukkan Indonesia kala itu merupakan langkah konkret melawan bangsa penjajah yang tidak mengindahkan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Keputusan pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 ini sejatinya merupakan keputusan FIFA dan bukan keputusan sepihak pemerintah Indonesia, pasalnya, untuk memitigasi pertandingan-pertandingan Israel dengan negara lainnya dalam perhelatan akbar ini, Indonesia mengusulkan pertandingan yang melibatkan Israel dapat digelar di Singapura. Hal ini dilakukan agar negara tetap konsisten dengan konstitusinya dan sejalan dengan apa yang dimandatkan para pendiri bangsa, juga guna mempertegas sikap Indonesia yang anti terhadap penjajahan, dan menjunjung tinggi perdamaian di mata dunia, suatu sikap yang senantiasa dibangun bangsa Indonesia sejak awal kemerdekan hingga perang Ukraina-Rusia.

Di sisi lain, penerimaan Indonesia terhadap tim sepakbola Israel yang bertandang ke Indonesia akan banyak menimbulkan prahara, bukan hanya di kalangan negarawan yang menitikberatkan dan lurus pada konstitusi, tetapi juga atas tindakan kelompok-kelompok radikal separatis yang dikhawatirkan akan mengganggu keberlangsungan acara ini dengan adanya Israel.

Belum lagi polarisasi hebat yang akan terjadi antara kelompok pro dan kontra menanggapi kedatangan Israel ke Indonesia, perpecahan sejatinya adalah pukulan terberat bangsa Indonesia.

Indonesia sebagai negara berdaulat dan ajeg akan spirit perjuangannya memainkan peran penting dalam percaturan politik dunia, sikap yang tidak mengherankan jika Indonesia menolak kedatangan bangsa penjajah, penerimaan Israel berarti mengakui kedaulatannya sehingga mencederai perjuangan bangsa, kepentingan umum, dan asas gotong royong dalam lingkup kemanusiaan.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Korelasi Antara Sufistik dan Politik: Membangun Spiritualitas Kebangsaan

Oleh Fadhilah Irsyad, Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah, Tunis. Kopiah.co - Tarekat dalam perkembangannya mengalami transformasi, tidak hanya sekedar metode penyucian jiwa,...

Artikel Terkait