Salah Kaprah Memaknai Estetika

Artikel Populer

Ahmad Hashif Ulwan
Ahmad Hashif Ulwan
Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah

Kopiah.Co – “Tempatnya estetik banget”, “Desainnya kurang estetik”, kalimat-kalimat yang menyinggung estetik ini kerap sekali keluar dari lidah kawula muda belakangan ini tanpa mengetahui hakikat makna estetika tersebut.

Term estetika menjdi marak kita dengar di masyarakat akhir-akhir ini, salah satu cabang ilmu aksiologi ini rasanya mengalami penyempitan makna dalam penerapannya di masyarakat.

Meninjau dari asal katanya, yaitu Aesthesis dari bahasa Yunani yang berarti pencerapan panca indra, filsuf-filsuf klasik menjadikan estetika adalah sebuah kajian tentang pencerapan indrawi, sehingga estetika menjadi bagian dari kajian Epistimologi, kemudian ditangan Alexander Baumgarten (1714-1762) term Estetika menjadi kajian tentang seni/keindahan. Pergeseran istilah estetika menjadi kajian tentang seni/keindahan menjadikannya bagian dari filsafat nilai.

Secara garis besar, teori Estetika dibagi menjadi tiga, seperti; Teori Formil yang menggap bahwa keindahan adalah hasil formil dari suatu ketinggian, ukuran atau dimensi, lebar, dan sebuah warna atau kombinasinya, Teori Eskpresionis, teori ini menganggap bahwa keindahan karya seni tergantung dari apa yang diekspresikannya, yang terakhir adalah Teori Psikologis.

Sedangkan menurut Sir Muhammad Iqbal, daya cipta dan rasa seniman yang tertuang dalam karya seni, akhirnya akan mempengaruhi apresiator. Karya seni bagi Iqbal tidak hanya harus bersifat ekspresional tetapi juga fungsional. Baginya, musik misalnya, tanpa kandungan kemauan, emosi dan gagasan-gagasan, tidak lebih dari api yang telah padam

Estetika adalah salah satu tolak ukur untuk kemudian menilai apakah sebuah seni tertentu bisa dikatakan bagus atau tidak. Dalam kajian estetika sendiri ada tiga aspek yang bisa digunakan untuk menjadi acuan penilaian karya seni. Yakni Absolutisme, Anarki, dan Relativisme seperti berikut ini:

Pertama, Absolutisme, adalah bentuk penilaian sebuah karya seni yang sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar atau diganggu gugat. Bentuk penilaian ini didasari pada hal konvensi atau bentuk aturan yang telah ditentukan. 

Kedua, Anarki, adalah bentuk penilaian yang berdasarkan pada pendapat setiap orang yang sifatnya subjektif fan tidak perlu lagi adanya bentuk pertanggungjawaban. Penilaian ini tetap didasari pada aturan seni yang berlaku namun disesuaikan dnegan pengalaman dan prespekti seseorang atas pandangannya tentang seni. 

Ketiga, Relativisme, adalah bentuk penilaian seseorang yang sifatnya tidak mutlak atau tidak absolut dan masih bersifat objektif. Artinya masih mempertimbangkan banyak hal dengan aturan- aturan yang berlaku. 

Estetika juga selanjutnya mengandung beberapa unsur yang menjadi tolak ukur penilaiannya seperti bentuk, warna, tema, motif hias, maka, seluruh unsur ini harus diperhatikan dengan seksama, sehingga seni yang absolut tidak diukur dengan anarkis, begitu juga sebaliknya.

Sedangkan unsur estetika menurut pemikir muslim seperti Ibnu Sina, menjadikan Tuhan sebagai sumber dari segala sesuatu termasuk keindahan. Tuhan merupakan sumber keindahan kodrati . Maka untuk mencapai keindahan, seorang seniman tidak hanya bersandar pada keindahan materi, namun juga mementingkan aspek moral dan intelektual. Bahkan untuk bidang musik, seni digunakan sebagai terapi pengobatan baik jasmani dan rohani. Dalam konteks ini, seni tak bisa terlepas dari perannya dalam masyarakat.

Akhir kata, Estetika ini adalah sebuah kajian yang kompleks, sehingga mengandung cakupan yang sangat luas, nahas rasanya jika estetik atau estetika hanya diartikan secara pragmatis dengan arti “Baik” atau “Indah”, karena hakikatnya estetika juga mengandung arti sebaliknya (Buruk dan Tidak baik), jauh dari unsur penilain, Estetika juga mengandung unsur fungsional dan ekspresional yang terkandung didalamnya.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait