Implementasi Khauf dan Raja’

Artikel Populer

Ahmad Khotibul Umam
Ahmad Khotibul Umam
Mahasiswa Universitas Al-Azhar Mesir

Kopiah.co Rasa takut atau Khauf dan juga sebuah Harapan atau Raja’ adalah sebuah perasaan yang lumrah ada pada diri manusia. Namun, bagaimana seharusnya sebagai muslim dalam menyeimbangkan keduanya?

Al-Quran sebagai kitab suci yang dogmatis selalu menyampaikan pesan, bahwa Tuhan adalah Dzat yang Maha Kuasa. Dan dengan ke-mahakuasaan-Nya itu Dia berhak menentukan siapa yang disiksa dan siapa diberi nikmat. Tuhan memiliki otoritas penuh dalam menentukan segalanya.

Dia tidak terikat oleh undang-undang atau peraturan manapun. Tidak seperti keyakinan Muktazilah yang mewajibkan Tuhan untuk memasukkan hamba yang taat ke surga, dan mencebloskan hamba yang bermaksiat ke neraka. Jurstu hamba yang harus menaati segala peraturan-Nya.

Dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang hamba, tentunya merupakan hal yang wajar jika manusia terlelap dalam kelalaian dan kemaksiatan, karena memang telah dibekali hawa nafsu.

Ketika manusia terjerumus dalam dosa, timbul rasa takut dalam dirinya tentang siksa neraka yang begitu pedih dan menakutkan. Karena memang begitulah yang disampaikan al-Quran dalam salah satu ayatnya: Dan tiada (pula) makanan sedikitpun (baginya) kecuali dari darah dan nanah (QS. Al-Haqqah: 36).

Di samping itu, ada segerombolan kaum ekstremis yang selalu mensifati Tuhan dengan begitu menyeramkan, sebut saja kelompok puritan. Dalam seruannya, Tuhan amatlah kejam dan menakutkan.

Seakan-akan Tuhan tidak memiliki sifat Rahman dan Rahim, seperti yang digambarkan oleh al-Quran. Oleh karena itu, wajah keras dan sangar, kini telah menutupi wajah Tuhan yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.

Memang dibenarkan, seyogyanya hamba harus memiliki rasa takut pada Tuhan, akan tetapi di sisi lain juga harus diingat, bahwa Tuhan itu Maha Pengasih dan Maha Pengampun, sehingga harapan terhapusnya dosa sangat amat terbuka lebar.

Ketika berbicara tentang tasawuf, al-Allamah Ahmad al-Dardir (w 1201 H) dalam kitabnya, Kharidah Bahiyyah mengatakan, dalam keadaan sehat dan aman, takutlah pada Tuhan, karena rasa takut kita seperti cambuk yang mendorong kita dalam beribadah dan menghilangkan kecerobohan dalam diri kita dari perbuatan maksiat.

Akan tetapi, jika dalam keadaan berlumur dosa, maka dahulukanlah raja’ (harapan) atas khauf (takut). Allah sangat membuka lebar pintu ampun bagi siapa saja yang mau kembali kepada-Nya. Rasulullah SAW pernah bersabda dalam hadis qudsi: Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.

Secara tidak langsung hadis ini menyampaikan pesan tentang bagaimana manusia dapat mengimpementasikan khauf (takut) dan raja’ (harapan) dalam keadaan yang tepat. Tidak dalam setiap keadaaan kita harus khauf (takut), dan tidak di setiap keadaaan kita raja’ (berharap).


1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila”, Nata Sutisna, Aktivis Muda...

Artikel Terkait