Imajinasi Keislaman Modern Bung Karno

Artikel Populer

Ahmad Hashif Ulwan
Ahmad Hashif Ulwan
Mahasiswa Universitas Az-Zaitunah

Kopiah.co – Modernisasi yang terjadi pada segala lini kehidupan pada awal abad 20 menjadi tantangan tersendiri bagi umat muslim khususnya di Indonesia yang cenderung masih terpaku pada tafsiran usang, tanpa ada usaha pembaharuan terhadap pemikiran-pemikiran keislamannya. Hal inilah yang mendorong Bung Karno untuk membaca hakikat Islam dan menjadikannya spirit kemerdekaan.

Sukarno dalam kapasitasnya sebagai pemikir dan pejuang kemerdekaan banyak membahas tentang pemikiran keislaman yang direnungkan dan dicerap dari berbagai macam sumber yang ia dapatkan. Sukarno sebelum menjadi proklamator kemerdekaan Indonesia merupakan seorang pembelajar dan pembaca ulung yang dapat kita lacak dari tulisan maupun pidato-pidatonya. 

Pendidikan Keislaman Bung Karno

Saat Bung Karno menimba ilmu di Hogere Burger School (HBS) di Surabaya, ia diasuh oleh H.O.S Tjokroaminoto di rumahnya yang berada di Jalan Peneleh Gang VII No. 29–31, Kelurahan Peneleh, Kecamatan Genteng, Kota Surabaya. Disana Sukarno kecil banyak belajar dari Tjokroaminoto tentang akar pemikiran Nasionalisme dan Islamisme yang menjadi core gerakan kemerdekaan Indonesia, mengingat gurunya merupakan ketua dari Sarekat Islam, salah satu gerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.

Selain itu, Sukarno banyak bertemu dengan para tokoh Islam di Indonesia dan dekat dengan berbagai organisasi keislamaan seperti Muhammadiyah yang memiliki hubungan erat dengan Sukarno, ia juga memiliki hubungan baik dengan Nahdlatul Ulama, Persis, dan organisasi lainnya, contohnya dalam pengasingannya di Ende, Sukarno kerap berdialog tentang Islam dengan Ahmad Hassan seorang tokoh dari Persatuan Islam yang dapat kita lacak dari tulisan-tulisannya berjudul “Surat-Surat dari Ende”. Diskusi dan dialog dengan tokoh organisasi Islam inilah yang banyak mewarnai corak pemikiran Bung Karno.

Sukarno sangat gandrung dengan pemikiran-pemikiran Islam Reformis yang pada masa itu yang mendapat perhatian besar di seluruh dunia dalam ketika menyebarnya gerakan penjajahan yang dilakukan eropa terhadap negara-negara timur tengah dan asia. tulisan-tulisan Jamaluddin Al-Afghani, Rasyid Ridho, Syed Amir, Ahmad Khan, dan pemikir Islam lainnya yang bernada reformis banyak mengilhami imajinasi Islam modern Bung Karno.

Dari penerapannya terhadap realitas ketertindasan Indonesia dibawah Imperialisme dan kolonialisme, dan semangat perjuangan bangsa Indonesia menuju kemerdekaannya, Sukarno menjadikan Islam sebagai pondasi penting pembangunan manusia yang merdeka, yang selanjutnya menjadi unsur penting pembangunan negara bangsa yang berdaulat.

Api Islam Adalah Hakikat

Dalam salah satu tulisannya di majalah Panji Islam pada tahun 1940 yang bertajuk Me-“muda”-kan Pengertian Islam, Sukarno mengimajinasikan kekuatan Islam yang sangat mendasar bagi kebebasan manusia, Sukarno menulis :

“marilah kita selami soal ini (Agama) sampai kepada hakekatnya, marilah kita selami sampai kepada sebab yang sedalam-dalamnya. Marilah kita berani menanya: "Tidakkah berangkali "ada apa-apa" dengan kita punya pengertian sendiri tentang agama? Saya berani membuat soal ini men­jadi soal prinsipiil begini, oleh karena saya melihat, bahwa di negeri Islam luaran orang juga telah agak lama mengerjakan "rethinking of Islam". Marilah kita berani pula "rethink" kita punja Islam!" 

Perkembangan keislaman menurut Sukarno sejatinya mengikuti perkembangan zaman dimana ia hidup dan berintergrasi dengan budaya dimana ia hadir. Hakikat keislaman yang diimajinasikan Bung Karno bukanlah sebuah aturan-aturan yuridis yang diestafetkan para ulama terdahulu kepada manusia pada tiap zamannya, melainkan “me­nangkap apinya, nyalanya kita punya agama”

Hakikat keislaman yang bersumber dari kepercayaan terhadap Tuhan Yang Esa inilah yang memanifestasikan nilai-nilai kehidupan bagi umat muslim untuk terbebas dari penghambaan manusia kepada manusia, penghambaan manusia kepada selain Tuhan, atau bahkan penghambaan manusia terhadap doktrin-doktrin tanpa ada kesadaran. Itulah yang dinamakan Bung Karno sebagai Api Islam

Api Islam ini juga yang akan membangun kepribadian di dalam sanubari insan muslim yang lentur dan bisa menyesuaikan dengan kemajuan zaman, karena kemajuan peradaban tidak bisa ditopang dengan dogma-dogma agama yang usang dan cenderung mengarah kepada keterbelakangan.

Artinya, dalam membangun imajinasinya terhadap kemodernan ber-Islam, Sukarno menitikberatkan unsur ta’wil untuk membaca teks agama agar dapat merespon perkembangan zaman, dengan begitu, Islam modern yang diartikulasikan sebagai spirit pembebasan dapat berkelindan dengan kemodernan zaman dimana ia hidup.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila", kata Nata Sutisna, Aktivis...

Artikel Terkait