Tertawan Prespektif Barat

Artikel Populer

Aqlima Qonitin Bilqist
Aqlima Qonitin Bilqist
Mahasiswi Universitas Az-Zaitunah

Kopiah.co Ibnu Khaldun dikenal sebagai father of economics, karena pemikiran-pemikirannya tentang teori ekonomi yang logis dan realistis telah dikemukakannya jauh sebelum Karl Marx (1818-1883), David Ricardo (1772-1823) dan tokoh intelektual Barat lainnya. Namun, yang kerap digaungkan oleh banyak institusi pada era ini adalah para ilmuwan Barat. Eksistensi ilmuwan Islam perlahan mulai menurun. Tak hanya itu, perspektif Barat juga menenggelamkan penggagas bahkan pencetus karya-karya agung buah pemikiran ilmuwan Islam. Hal ini terjadi karena pengaruh propaganda media Barat, baik fiksi maupun ilmiah.


Media benar-benar memegang kendali atas dunia. Oleh karena itu, perkembangan ilmu pengetahuan seolah-olah berkiblat pada Barat. Meskipun penemuan ilmuwan muslim sangat fenomenal dan dirasakan manfaatnya hingga kini, akan tetapi nama-nama mereka nyaris tidak dikenal. Perlunya mengkaji ulang pemikiran dan karya tokoh-tokoh keilmuan Islam untuk membandingkan perspektif Barat dan Timur agar tidak terjebak dalam satu linear pemikiran tokoh saja, seperti halnya Teori Kapitalisme yang digagas oleh Ibnu Khaldun dan kapitalisme ideologi Marxisme.


Sistem ekonomi Kapitalisme nyata-nyata dibangun dari sebuah pandangan atau ide sekularisme yaitu pemisahan kehidupan bermasyarakat dan bernegara dengan agama. Inti dari pemahaman ini memandang bahwa manusia hidup di dunia ini bebas untuk mengatur kehidupannya dan tidak boleh dicampuri oleh agama. Karena nilai-nilai agama terabaikan, maka sudah pasti nilai moral dan spiritual yang menjadi basis dari agama juga ditiadakan. Sehingga mustahil mendapatkan kesejahteraan hakiki dengan model seperti itu. Konsep ini digagas oleh Karl Marx mengenai ekonomi Sosialisme dengan ideologinya yang menghujat agama sebagai candu, dan kian menihilkan peran agama dalam kehidupan ekonomi.


Kelemahan teori ekonomi Kapitalisme milik Karl Marx terlihat jelas pada hak milik yang disandarkan kepada individu atas swasta; kebebasan ekonomi tanpa campur tangan negara; monopoli dan bunga sebagai orientasi ekonomi, akibatnya menghasilkan eksploitasi dan ketidakmeratanya distribusi kekayaan yang pada gilirannya menghasilkan konflik dan perjuangan kelas.

Sementara kelemahan ekonomi Sosialisme dapat dilihat dari pemilikan yang berpusat pada negara. Sehingga menghasilkan individu menjadi sulit mengembangkan diri dan pengabaian hak asasi manusia terabaikan; pemujaan berlebih terhadap materialisme, memarginalkan peran agama, akibatnya moral dan nilai-nilai spiritual tidak ada; kemudian negara menghilangkan kelas borjuis dengan cara membangun kediktatoran pada kaum proletar yang berujung pada musnahnya hak-hak fundamental dan kebebasan sipil dan manusia disetel sehingga hanya berstatus sebagai binatang ekonomi semata; terakhir kesamaan ekonomi sebagai cita-cita utama hanya utopia dan kamuflase belaka.


Menyikapi pemikiran Karl Marx, dalam kitab Muqaddimah, Ibnu Khaldun tidak berpihak kepada kapitalis tetapi tidak berpihak juga kepada sosialis. Hal ini didasarkan pada ungkapan Ibnu Khaldun mengenai pedagang dan kebijakan pemerintah. Pemerintah tidak serta merta mengintervensi, namun pedagang juga tidak serta merta diberikan kebebasan penuh.

Perbedaan pemikiran Karl Marx dan Ibnu Khaldun, yaitu Ibnu Khaldun memasukkan aspek religiusitas, agama yang bersumber pada Al- Quran dan As-sunnah. Pemikiran Ekonomi Politik Ibnu Khaldun, tidak hanya sekadar membicarakan aspek keadilan saja. Namun juga ada aspek kesejahteraan di dalamnya dan aspek-aspek ini saling mempengaruhi satu sama lain serta tauhid menjadi aspek yang memperkokoh kedua tersebut.


Dalam konsepsi Islam, kesejahteraan tidak dinilai dari terpenuhinya materi saja (sebagaimana cita-cita ekonomi Kapitalisme dan Sosialisme) tapi juga spiritual (dunia dan akhirat), terpeliharanya nilai-nilai moral dan terwujudnya keharmonisan sosial. Suatu masyarakat dikatakan sejahtera jika terpenuhi kebutuhan pokok individu rakyat, baik berupa pangan, sandang, papan, pendidikan dan kesehatannya serta terjaga dan terlindunginya agama, harta, jiwa, akal dan kehormatan.


Oleh karena itu, sistem ekonomi yang berkeadilan sangat terkait dengan sistem hukum, politik, sosial dan budaya. Konsep kesejahteraan seperti ini tidak terdapat pada sistem ekonomi Kapitalis maupun Sosialis. Sistem seperti ini hanya dapat ditemukan pada ekonomi Islam, karena Islam telah membangun ekonomi agar sampai kepada puncak kejayaan dan menghasilkan kemaslahatan. Untuk itu, ekonomi Islam bukan lahir sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri melainkan bagian integral dari agama Islam. Ia mencakup cara memandang permasalahan ekonomi, menganalisis, dan mengajukan alternatif solusi atas berbagai permasalahan.

3 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Artikel Terbaru

Aktivis Muda NU Minta MK Gugurkan Abuse of Power yang Merusak Demokrasi

Kopiah.Co — “Kita harus buat pernyataan seperti ini, untuk suarakan kebenaran konstitusional dan spirit Pancasila”, Nata Sutisna, Aktivis Muda...

Artikel Terkait